BATAMOKE.COM – Platform game simulasi online Roblox belakangan dikritik di berbagai negara karena dianggap berbahaya bagi anak-anak dan remaja.
Untuk mengurangi anggapan negatif ini, Roblox mengatakan pihaknya akan menghadirkan beragam inisiatif sebelum tahun 2026
Salah satunya adalah memperkuat sistem verifikasi berdasarkan umur. Fitur ini bisa menjadi acuan apakah suatu pengguna bisa memanfaatkan fitur komunikasi tertentu, seperti via suara (Voice Chat) atau tidak.
Fitur verifikasi umur ini (via kartu identitas dan swafoto) sebenarnya sudah ada di Roblox semenjak fitur Voice Chat hadir pada 2021 lalu.
Namun dalam beberapa bulan ke depan, sistem verifikasi umur ini akan dibuat lebih akurat, lantaran akan melibatkan fitur kontrol orangtua (Parental Controls).
Seperti diketahui, ketika membuat akun Roblox, pengguna akan ditanyai tentang tanggal lahir mereka.
Di sini, pengguna, terutama anak-anak, bisa saja berbohong supaya akun mereka terlihat seperti akun dewasa.
Ketika dibuat, akun ini belum terverifikasi dan tidak bisa menggunakan beberapa fitur komunikasi Roblox, termasuk Voice Chat.
Untuk itu, mereka harus memverifikasi umurnya terlebih dahulu lewat sistem. Verifikasi sistem ini agaknya juga bisa dibohongi apabila pengguna pintar mengelabuinya, misalnya memakai wajah dan identitas orang lain.
Nah, dengan adanya persetujuan orangtua via Parental Controls, sistem akan lebih akurat memverifikasi umur pengguna dan menyesuaikan fitur serta konten yang bisa dimainkan, terutama oleh anak-anak dan remaja.
Perkuat pembatasan komunikasi Lihat Foto Selain memperkuat sistem verifikasi terhadap anak-anak dan remaja, Roblox juga berencana meluncurkan sistem baru yang dapat membatasi komunikasi antara orang dewasa dan anak-anak.
Dengan sistem ini, anak-anak atau remaja tidak bisa berkomunikasi langsung lewat fitur komunikasi yang ada di Roblox, kecuali jika keduanya memang saling mengenal di dunia nyata.
Roblox tak menyebut bagaimana pihaknya mengetahui apakah sesama pengguna kenal satu sama lain atau tidak. Namun, ada kemungkinan sistem ini akan mengandalkan fitur Trusted Connections.
Lewat fitur yang diperkenalkan sekitar awal 2025 itu, bukti seorang pengguna merupakan relasi atau teman dekat pengguna lain bisa dibuktikan via kontak telepon, persetujuan orangtua, dan lain sebagainya.
“Berbagai lapisan keamanan tambahan ini hadir supaya pengguna dapat mengakses fitur dan konten sesuai usia mereka. Kami berharap langkah ini bisa menjadi standar yang diikuti oleh platform game maupun media sosial lain,” tulis Chief Safety Officer Roblox, Matt Kaufman dalam pengumuman resmi.
Seperti disebutkan di atas, integrasi Parental Controls ke dalam sistem verifikasi umur, begitu juga perketatan fitur komunikasi, akan hadir di Roblox dalam beberapa bulan ke depan, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Roblox.com, Minggu (7/9/2025)
Seperti diwartakan sebelumnya, Roblox memperkuat sistem keamanan mereka karena dikritik soal bahaya platform untuk pengguna anak-anak dan remaja.
Berbagai laporan dan gugatan hukum mengungkap kasus eksploitasi, pelecehan, hingga dugaan predator seksual yang memanfaatkan fitur komunikasi di Roblox.
Beberapa negara bahkan sempat memblokir Roblox karena dianggap tidak cukup melindungi anak-anak dari risiko konten maupun interaksi berbahaya.
Roblox juga tengah mendapat sorotan di Indonesia. Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid meminta Roblox mengikuti aturan perlindungan anak di Indonesia.
Permintaan ini disampaikan Meutya saat menerima perwakilan Roblox Asia Pacific di Kantor Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, pada Agustus lalu.
Pertemuan ini membahas langkah-langkah perlindungan anak di platform game tersebut, yang belakangan menuai sorotan publik.
“Kami menekankan pentingnya menghormati dan menjalankan aturan perlindungan anak yang berlaku di sini,” kata Meutya dalam keterangan resmi yang diterima KompasTekno.
Menurut Meutya, sejumlah orang tua dan pendidik mengkhawatirkan paparan konten maupun interaksi yang tidak layak di Roblox. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bahkan sempat mengimbau siswa untuk tidak memainkan game tersebut.
Sumber:kompascom