BATAM, BATAMOKE.COM – Anggota Komisi I DPRD Kota Batam, Tumbur Hutasoit menyayangkan adanya sejumlah penumpang KM Kelud Pelni gagal berangkat di pelabuhan Bintang 99 Batuampar Batam, Kamis (26/12/2024) siang.
“Kami sayangkan mereka sampai terlantar di pelabuhan. Pihak KSOP, Pelni dan instansi terkait harus mengambil kebijakan,” ujar Tumbur, Jumat (27/12/2024).
Ia meminta harusnya pejabat yang terkait bisa memberikan dispensasi kepada penumpang. Pelni harus bisa berikan solusi bukan membiarkan.
“Pejabat yang ditugaskan di Batam harus melayani. Kepala Pelni, KSOP stakeholder harus melayani. Jangan membiarkan masyarakat balik lagi dengan perasaan kecewa. Mereka kan mau mudik,” sesalnya.
Tumbur menilai ada 2 persoalan di situ. Pertama, penumpang tersebut beli tiket sudah menggunakan atas nama orang. Sementara untuk beli tiket saat ini harus mengisi formulir sesuai biodata sendiri
Penumpang wajib mengisi nama lengkap, NIK, tempat tanggal lahir, dan jenis kelamin sesuai KTP. Persoalan kedua, ada juga beberapa penumpang membeli tiket dari akun Facebook (FB).
“Aparat kepolisian harus mengusut tuntas yang menjual di FB,” katanya.
Tumbur mengatakan masyarakat saat ini sulit mendapatkan tiket kapal KM Kelud. Seharusnya Pelni membuka non seat seluas-seluasnya.
“Pelni jual tiket harus terbuka. Jasa membantu pembelian tiket harus dibatasi. Sulitnya mendapatkan tiket, jadi masyarakat mencari jasa pembelian tiket,” katanya.
Tak hanya itu, tiket gratis pun tak perlu. Hal ini dikarenakan kebanyakan orang-orang yang memiliki ekonomi mampu yang dapat tiket gratis. Lantaran dibeli secara online.
“Tiket gratis harus manual karena harus memiliki surat keterangan yang tak mampu,” katanya.
Sebelumnya Puluhan bahkan ratusan calon penumpang kapal KM Kelud Pelni gagal berangkat di Pelabuhan Bintang 99 Batuampar Batam, Kamis (26/12/2024) siang.
Belum diketahui secara pasti penyebab gagalnya penumpang berangkat, informasi di lapangan menyebutkan tiket yang dimiliki calon pemudik itu tidak sesuai dengan nama, ditambah lagi adanya tiket palsu.
Pantauan di lokasi, para pemudik itu ditolak petugas ketika gendak memasuki pemeriksaan boarding, tiketnya tidak teregister pada kesesuaian nama. Situasi itu lantas menyulut amarah pemudik yang akhirnya diarahkan kembali ke halaman pelabuhan.
Lengkap dengan tas, ransel tentengan layaknya pemudik, para penumpang itu hanya bisa terdiam berharap ada kebijakan petugas.
“Kok bisa ya jadi begini, saya beli dari kawan. Katanya aman-aman, tahunya begini. Oh Tuhan, kok ngeri kali jadinya,” ujar Ria, calon pemudik tujuan Belawan.
Ria bersama tiga anak dan dua orang kerabatnya harus bertahan. Mereka duduk diteras pelabuhan dengan harapan dapat diberangkatkan menuju Belawan.
“Tolonglah pak, kami sudah boyong semua keluarga kesini mau berangkat. Sudah packing baju, oleh-oleh buat kampung halaman. Anak- anak pengen liburan di kampung sama opungnya. Ngeri kali bah kek gini,” kata Ria.
Tak berlama-lama, waktu menunjukkan pukul 10:20 WIB, suara terompet kapal pun berbunyi kapal kemudian lepas tambat dari dermaga meninggalkan perairan Batam. Kondisi itu semakin membuat pemudik yang gagal berangkat histeris.
Tidak hanya Ria, puluhan penumpang lainnya juga merasakan hal yang sama. Mereka sempat hendak protes kepada petugas Pelni, namun lantaran tiket yang diperoleh para pemudik bukan dari kantor Pelni membuat mereka akhirnya putar balik.
Barang bawaan yang semula telah dibawa ke pelabuhan akhirnya kembali dibawa pulang. Kekecewaan terlihat jelas dari raut wajah para pemudik.
Sejumlah para pemudik itu tetap ingin melanjutkan perjalanan mudik dengan memilih perjalan lewat pelabuhan ASDP Batam menunu Riau daratan. (r)